Safinatun Najah (2): Rukun Wudhu, Mandi, Wudhu
Terjemah Kitab Safinatun Najah Bagian 2
meliputi: Syarat Istinja, Rukun Wudhu, Arti Niat dan Tertib, Hukum Air, Yang
Mewajibkan Mendi, Rukun Mandi, Syarat Wudhu, dan Pembatan Wudhu.
Fasal : Syarat Istinja
شُرُوْطُ إِجْزَاءِ
الْحَجَرِ ثَمَانِيَةٌ : أنْ يَكُوْنَ بِثَلاَثةِ أَحْجَارٍ ، وَأنْ
يُنْقِيَ الْمَحَلَّ ، وَأنْ لاَ يَجِفَّ النَجَسُ ، وَأَنْ
لاَ يَنْتَقِلَ ، وَلاَ يَطْرَأَ عَلَيْهِ آخَرُ ، وَأَنْ لاَ
يُجَاوِزَ صَفْحَتَهُ وَحَشَفَتَهُ ، وَأَنْ لاَ يُصِيْبَهُ مَاءٌ ، وَأنْ
تَكُوْنَ الأَحْجَارُ طَاهِرَةً
Syarat sah bersuci dengan batu (istinja) ada
8 (delapan), yaitu:
1. Jumlah
batunya tiga;
2. Membersihkan tempat najis;
3. Najisnya belum kering;
4. Najis belum berpindah tempat;
5. Tidak tercampur dengan najis lain;
6. Tidak melampaui shofhah (daerah yang
tertutup dari kedua pantat saat berdiri) dan hasyafah (daerah/kuncup yang
nampak dari penis lelaki setelah dikhitan);
7. Tidak terkena air; dan
8. Batu tersebut haruslah suci.
Fasal : Rukun Wudhu
فُرُوْضُ الْوُضُوْءِ
سِتَّةٌ : الأَوَّلُ: النِّيَّةُ - الثَّانِيْ:غَسْلُ الْوَجْهِ - الثَّالِثُ:
غَسْلُ الْيَدَيْنِ مَعَ الْمِدَيْنِ مَعَ الْمِرْفَقَيْنِ - الرَّابعُ: مَسْحُ
شَيْءٍ مِنَ الرَّأْسِ - الْخَامِسُ: غَسْلُ الرِّجْلَيْنِ مَعَ الْكَعْبَيْنِ -
السَّادِسُ: التَّرْتِيْبُ
Fardhu (rukun) wudhu ada 6 (enam), yaitu:
1. Niat;
2. Membasuh wajah;
3. Membasuh kedua tangan hingga siku;
4. Mengusap sebagian kepala;
5. Membasuh dua kaki hingga mata-kaki; dan
6. Tertib (berurutan).
Fasal : Makna Niat dan
Tertib
النِّيَّةُ: قَصْدُ
الشَّيْءِ مُقْتَرِناً بِفِعْلِهِ. وَمَحَلُّهَا: الْقَلْبُ. وَالتَّلَفُّظُ
بِهَا: سُنَّةٌ. وَوَقْتُهَا، عِنْدَ غَسْلِ أَوَّلِ جُزْءٍ مِنَ الْوَجْهِ - وَالتَّرْتِيْبُ:
أَنْ لاَ يُقَدَّمَ عُضْوٌ عَلَى عُضْوٍ
Niat adalah menyegaja sesuatu yang dibarengi
dengan mengerjakannya dan tempat niat ada di dalam hati. Melafazhkannya adalah
sunnah. Waktu niat adalah saat membasuh bagian pertama dari wajah.
Maksud tertib adalah bagian yang pertama
tidak didahului bagian yang lain.
Fasal : Hukum Air
المَاءُ قَلِيْلٌ
وَكَثِيْرٌ. فَالْقَلِيْلُ: مَا دُوْنَ الْقُلَّتَيْنِ. وَالْكَثِيْرُ: قُلَّتَانِ
فَأكْثَرُ. وَالقَلِيْلُ: يَتَنَجَّسُ بِوُقُوْعِ النَّجَاسَةِ فِيْهِ، وَإِن
لَمْ يَتَغَيَّرْ. وَالْمَاءُ الْكَثِيْرُ: لاَ يَتَنَجَّسُ إِلاَّ إذا
تَغَيَّرَ طَعْمُهُ، أَوْ لَوْنُهُ، أوْ رِيْحُهُ.
Air sedikit dan banyak. Air sedikit itu jika
kurang dari dua kulah dan air banyak jika lebih dari dua kulah. Air sedikit
menjadi najis dengan jatuhnya benda najis ke dalamnya meskipun tidak berubah.
Sementara air banyak tidak menjadi najis dengan jatuhnya benda najis ke
dalamnya kecuali jika berubah rasanya, warnanya, atau aromanya.
Fasal : Yang Mewajibkan
Mandi
مُوْجِبَاتُ
الْغُسْلِ سِتَّةٌ : إِيْلاَجُ الْحَشَفَةِ فِيْ الْفَرْجِ ، وَخُرُوُجُ
الْمَنيِّ، وَالْحَيْضُ ، وَالنَّفَاسُ ، وَالْوِلاَدَةُ ، وَالْمَوْتُ
Yang mewajibkan mandi ada 6 hal, yaitu:
1. Masuknya hasyafah (kuncup dzakar) ke
farji (vagina);
2. Keluarnya mani;
3. Haidh;
4. Nifas;
5. Melahirkan; dan
6. Meninggal.
Fasal : Rukun Mandi
فُرُوْضُ الْغُسْلِ
اثْنَانِ : النِّيَّةُ ، وَتَعْمِيْمُ الْبَدَنِ بِالمَاءِ
Fardhu mandi besar ada 2 (dua), yaitu : niat
dan mengguyur rata badan dengan air.
Fasal : Syarat Wudhu
شُرُوْطُ الْوُضُوْءِ
عَشَرَةٌ : الإِسْلاَمُ ، وَالتَّمْيِيْزُ ، وَالنَّقَاءُ عَنِ الْحَيْضِ
والنِّفَاسِ ، وَعَمَّا يَمْنَعُ وُصُوْلَ الْمَاءِ إِلَى الْبَشَرَةِ ، وَأَنْ
لاَ يَكُوْنَ عَلَى الْعُضْوِ مَا يُغَيِّرُ الْمَاءَ ، وَالْعِلَمُ
بِفَرْضِيَّتِهِ ، وَأَنْ لاَ يَعْتَقِدَ فَرْضَاً مِنْ فَرُوْضِهِ سُنَّةً ،
وَالْمَاءُ الطَّهُوْرُ ، وَدُخُوْلُ الْوَقْتِ ، وَالْمُوَالاَةُ لِدَائِمِ
الْحَدَثِ.
Syarat wudhu ada 10 (sepuluh), yaitu:
1. Islam;
2. Tamyiz (bisa membedakan yang baik dan
benar);
3. Bersih dari haidh dan nifas;
4. Bersih dari yang menghalangi air meresap
ke kulit;
5. Tidak ada anggota wudhu yang merubah
air suci;
6. Mengetahui wajib wudhu;
7. Tidak meyakini sunnah sebagai wajib wudhu;
8. Airnya suci;
9. Masuk waktu; dan
10. Muwalah (nuli-nuli, bersambung) bagi
yang sering berhadats.
Fasal : Yang Membatalkan
Wudhu
نَوَاقِضُ
الْوُضُوْءِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ :
الأَولُ: الْخَارجُ
مِنْ أَحَدِ السَّبِيْلَيْنِ، مِنْ قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ، رِيْحٌ أَوْ غَيْرُهُ،
إِلاَّ الْمَنِيَّ.
الثَّانِيْ: زَوَالُ
الْعَقْلِ بِنَوْمٍ أَوْ غَيْرِهِ،إِلاَّ قَاعِدٍ مُمَكِّنٍ مَقْعَدَتَهُ مِنَ
الأَرْضِ.
الثَّالِثُ:
الْتِقَاءِ بَشَرَتَيْ رَجُلٍ وَامْرَأَةٍ كَبِيْرَيْنِ أَجْنَبِيَّيْنِ مِنْ
غَيْرِ حَائِلٍ.
الرَّابعَ: مَسُّ
قُبُلِ الآدَمِيِّ، أَوْ حَلْقَةِ دُبُرِهِ بِبَطْنِ الرَّاحَةِ، أِوْ بُطُوْنِ
الأَصَابعِ.
Pembatal wudhu ada 4 (empat), yaitu:
1. Apapun yang keluar dari salah satu dari
dua jalan yaitu qubul (jalan depan/kemaluan) atau dubur (jalan belakang/anus),
baik kentut atau lainnya kecuali mani;
2. Hilangnya akal dengan tidur atau lainnya
kecuali tidurnya orang yang duduk sambil mengokohkan duduknya di tanah
(lantai); dan
3. Bersentuhannya dua kulit lelaki dengan perempuan
dewasa tanpa pembatas; dan
4. Menyentuh qubul anak Adam atau lingkarang
duburnya dengan telapak tangan atau jari-jarinya.
Posting Komentar
0 Komentar