Menjadi Hamba Allah Yang Pandai Bersyukur
Syukur adalah pujian bagi orang yang memberikan kebaikan, atas
kebaikannya tersebut. Dalam bahasa Indonesia, bersyukur artinya berterima
kasih. Ibnul Qayyim menjabarkan pengertian syukur sebagai: “Syukur adalah
menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu
berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat.
Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui
anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah” (Madarijus
Salikin, 2/244).
Syukur
Adalah Salah Satu Sifat Allah
Ketahuilah bahwa syukur merupakan salah satu sifat Allah yang
husna. Yaitu Allah pasti akan membalas setiap amalan kebaikan hamba-Nya, tanpa
luput seorangpun dan tanpa terlewat satu amalan pun. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ
شَكُورٌ
“Sesungguhnya
Allah itu Ghafur dan Syakur” (QS. Asy-Syura: 23).
Imam Abu Jarir Ath-Thabari, menafsirkan ayat ini, “Ghafur artinya
Allah Maha Pengampun terhadap dosa, dan Syakur artinya Maha Pembalas Kebaikan
sehingga Allah lipat-gandakan ganjarannya”
Syukur
Adalah Sifat Para Nabi
Senantiasa bersyukur dan berterima kasih kepada Allah atas
limpahan nikmat Allah, walau cobaan datang dan rintangan menghadang, itulah
sifat para Nabi dan Rasul Allah yang mulia. Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi
Nuh ‘Alaihissalam,
ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا
مَعَ نُوْحٍۗ اِنَّهٗ كَانَ عَبْدًا شَكُوْرًا
“(Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami
bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya Nuh adalah hamba yang banyak bersyukur” (QS.
Al-Isra: 3).
Syukur
Adalah Ibadah
Allah Ta’ala dalam banyak ayat di dalam Al-Qur’an memerintahkan
manusia untuk bersyukur kepada-Nya. Maka syukur adalah ibadah dan bentuk
ketaatan atas perintah Allah. Allah Ta’ala berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ
اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ
كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah” (QS. Al-Baqarah: 172).
Syukur Adalah Sifat Orang Beriman
Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
عَجَبًا لِأَمْرِ
الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا
لِلْمُؤْمِنِ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ
أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap
perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang
mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya.
Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (HR. Muslim
no.7692).
Tiga Tanda Hamba yang Bersyukur:
1.
Mengakui dan Menyadari Bahwa Allah Telah Memberinya Nikmat
Orang yang bersyukur senantiasa menisbatkan setiap nikmat yang
didapatnya kepada Allah Ta’ala. Ia senantiasa menyadari bahwa hanya atas rahmat
Allah semata lah nikmat tersebut bisa diperoleh. Dari Ibnu Abbas
Radhiallahu’anhuma, ia berkata,
مُطِرَ النَّاسُ على عهدِ
النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللَّهُ عليهِ
وسلَّمَ أصبحَ منَ النَّاسِ شاكرٌ ومنهم كافرٌ قالوا هذهِ رحمةُ اللَّهِ وقالَ
بعضُهم لقد صدقَ نوءُ كذا وكذا
“Ketika itu hujan turun di masa Nabi SAW, lalu Nabi bersabda,
‘Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang
yang bersyukur berkata, ‘Inilah rahmat Allah.’ Orang yang kufur nikmat berkata,
‘Oh pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu’” (HR. Muslim no.73).
2.
Menyebut-Nyebut Nikmat yang Diberikan Allah
Terkadang kita lebih suka menyebut kesulitan yang kita hadapi,
padahal sedianya orang yang bersyukur itu lebih sering menyebut-nyebut
kenikmatan yang Allah berikan. Karena Allah Ta’ala berfirman,
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ
رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan nikmat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah
menyebutnya” (QS. Adh-Dhuha: 11).
3.
Menunjukkan Rasa Syukur dalam Bentuk Ketaatan kepada Allah
Sungguh ganjil jika ada orang yang mengaku bersyukur, ia menyadari
segala yang ia miliki semata-mata atas rahmat Allah, namun di sisi lain
melalaikan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya. Berbeda antara pengakuan
dan kenyataan. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ
اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ
“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar,
padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya” (QS. Ali Imran: 123).
Orang yang merenungi bahwa Allah adalah Maha Pembalas Kebaikan,
dari Rabb kepada Hamba-Nya, ia akan menyadari bahwa tentu lebih layak lagi
seorang hamba bersyukur kepada Rabb-Nya atas begitu banyak nikmat yang ia
terima. Dan sungguh tepat jika rasa syukur itu ditunjukkan dengan ketakwaan.
Posting Komentar
0 Komentar